Masjid Agung Ibnu Batutah, Simbol Toleransi Umat Beragama di Bali

KELUARGACENDANA.com - Presiden Soeharto dikenal luas sebagai bapak pembangunan karena perannya dalam membangun infrastruktur negeri selepas masa-masa kemerdekaan dan kegoncangan politik yang terus mendera bangsa. Kestabilan ekonomi pun mulai terasa pada masa pemerintahan Soeharto dimana pembangunan dan kekuatan ekonomi mulai dirintis. 

Pembangunan fisik pun menjadi ciri khas dari masa pemerintahan Soeharto, hingga gelar bapak pembangunan pun tersemat pada sosok Presiden ke-2 RI ini. Hari ini pun kita bisa dengan mudah melihat jejak-jejak pembangunan mulai dari jembatan, pabrik, jalan aspal, dan jalur kereta. 

Masjid Agung Ibnu Batutah 

Namun, tidak ketinggalan pula pembangunan tempat ibadah yang menjadi titik penting dalam pembentukan masyarakat yang kokoh dan berimtaq. Salah satu jejak pembangunan tempat ibadah yang cukup unik pada masa pemerintahan Soeharto adalah dibangunnya Masjid Agung Ibnu Batutah yang bertempat di Kompleks Puja Mandala, pelataran bukit kampial Nusa Dua, Bali. 

Masyarakat setempat sedari awal menginginkan dibangunnya masjid di area tersebut namun karena kesulitan perijinan (harus memiliki 500 KK sebagai syarat pengajuan pembangunan rumah ibadah), hal ini tertunda hingga Presiden Soeharto lewat inisiatif Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi, Joop Ave, dan pihak MUI, ingin merealisasikan ide Presiden Soeharto untuk membangun 5 tempat ibadah sekaligus dalam satu area. Pihak PT Bali Tourism Development Center (BTDC) kemudian menghibahkan tanah untuk membangun kelima tempat ibadah tersebut. 
Piagam Masjid Agung Ibnu Batutah 

Pembangunan lima tempat ibadah ini dikembalikan sepenuhnya kepada masing-masing pemeluk (Islam, Hindu, Budha, Katolik, Kristen) dengan syarat bahwa tinggi bangunan haruslah sama. Kaum muslim Nusa Dua pun akhirnya memiliki masjid sebagai tempat ibadah pada tahun 1994 yang diresmikan tiga tahun setelahnya. Lokasi ini pun dikenal dengan nama kompleks peribadatan Puja Mandala. Kompleks tempat ibadah ini diharapkan Soeharto akan dapat menjadi simbol kerukunan umat beragama, dan hingga hari ini kompleks itu mampu mempertahankan citra kerukunan dan komunikasi yang baik antar umat beragama.

Kompleks ini pun seakan menjadi pengingat salah satu pernyataan Soeharto yang cukup masyhur, ‘ojo rumongso biso tapi biso o rumongso’ yang artinya kurang lebih adalah,’ jangan merasa bisa tapi bisalah (dalam) merasa.’. Rasanya kalimat ini selalu bisa diimplementasikan di segala masa, karena kemampuan dalam ‘merasa’ akan membuat kita menjadi insan yang mengedepankan naluri dan fikir ketimbang emosi dalam menghadapi tantangan hidup.

1 Response to "Masjid Agung Ibnu Batutah, Simbol Toleransi Umat Beragama di Bali"

  1. Wynn casinos in Vegas: Map, amenities and reviews - KTNV
    Find the 수원 출장안마 Wynn casino in Las Vegas, Nevada, 충청남도 출장마사지 United States, ratings, photos, 고양 출장마사지 Location, 1,099 yards 제주 출장샵 away and 4 min 부천 출장샵 walk to LINQ Promenade.

    BalasHapus